ANDA DAPAT MENGAKSES WEBSITE RESMI MTSN 1 DI www.mtsn1-jakarta.sch.id

CARI ARTIKEL

Selasa, 17 November 2015

MEMAKNAI PERINGATAN HARI GURU

Kemas Zulfakar

Oleh Kemas Zulfakar, M.Pd.I
Guru MAN Tanjung Kupang
Hari Guru Sedunia diperingati setiap 5 Oktober sejak tahun 1994. Adapun tujuan diperingatinya hari Guru adalah untuk memberikan dukungan kepada para guru se antero dunia dan mempercayai bahwa nasib generasi masa depan disuatu bangsa ditentukan oleh guru-guru. Menurut UNESCO, Hari Guru Sedunia mewakili sebuah kepedulian, pemahaman, dan apresiasi yang ditampilkan merupakan bentuk kecintaan dan peran vital guru, vital action yaitu mengajarkan ilmu pengetahuan dalam membangun generasi. Education International (EI), sebuah federasi yang mewakili pengajaran profesional di seluruh dunia, mengintruksikan bahwa Hari Guru Sedunia harus dikenal dan dirayakan! hingga lebih dari 100 negara merayakannya.

Secara historis kemerdekaan Indonesia tak lepas peran guru menumbuhkan sikap patriotis kepada generasi muda baik melalui madrasah maupun sekolah yang didirikan oleh pemerinta Hindia Belanda. Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru bangsa Indonesia. Organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB). Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para guru bantu, guru madrasah, guru desa, kepala sekolah, dan penilik sekolah. Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat. Dari sini mulai tumbuh kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama terbelenggu mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah kepala sekolah dengan istilah HIS yang dulu selalu dijabat orang Belanda, satu persatu pindah ke tangan orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaaan.
Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka.” Pada tahun 1932 nama PGHB diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan ini mengejutkan pemerintah Belanda,dengan memasukkan kata Indonesia yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat dimurkai oleh pemerintah Belanda. Sebaliknya, kata Indonesia ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.
Namun pada zaman pendudukan Jepang tahun1941, segala organisasi dilarang, bahkan sekolah ditutup secara paksa, PGI tidak dapat lagi melakukan aktivitas secara organisatoris namun visi dan misi demi kemerdekaan lebih tertanam pada akar rumput grassroots hinga puncak dari semua perjuangan, pada tanggal 17 Agustus 1945 menggemah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. 100 hari setelah itu maka terselenggaralah Kongres Guru Indonesia tepatnya pada tanggal 24 – 25 November 1945 di Surakarta. Melalaui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah – guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres ini, pada tanggal 25 November 1945 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan dengan visi tujuan sebagai berikut:
1. Memepertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia;
2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan;
3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.
Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia. Jiwa pengabdian, tekad perjuangan dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia. Dalam rana dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, independen, dan tidak berpolitik praktis.
Meskipun terlambat, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan bahwa hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun.
Makna Hari Guru
Peringatan hari guru tahun ini jatuh pada hari senin hendaknya sebagai momen berharga bagi para guru dan insan pendidik agar benar – benar menjadi pendidik yang bertakwa, beretika, profesional dan berwawasan luas. Alangkah indahnya bila hari ini, guru bersedia mengintropeksi diri nya terhadap tugas dan tanggung jawabnya yang luhur itu. Bukankan profesi guru sebagai panggilan luhur untuk mendidik dan membangun generasi muda. Guru bukan pekerja sambil menanti kesempatan lebih, lantas loncat pagar pindah profesi. Guru yang profesional tidak bertanya, berapa besar pendapatan yang diberi dari pemerintah akan tetapi bertanya berapa besar yang sudah disumbangkan untuk anak bangsa!
Dalam perspektif pedagogis guru merupakan suatu konsep yang menggambarkan sosok pribadi mulia yang menjalankan peran mengajar. transferring dan transforming. Mengajar dalam arti transferring yaitu “memindahkan” informasi yang disebut ilmu pengetahuan kepada para siswa yang diajarnya, sedangkan mengajar dalam arti transforming yaitu menamkan nilai budaya positif kepada para siswa yang diajarnya. Dalam menjalankan peran kedua, guru tidak hanya mengajarkan tetapi sekaligus menjadi suri tauladan bagi siswanya. Sehingga kecerdasan intelektual IQ, kecerdasan emosional EQ dan kecerdasan spiritual ISQ mutlak dimiliki guru. Menurut Prof DR Sarozi kurikulum sesungguhnya adalah guru itu sendiri sehingga tidak bingung memaknai perubahan kurikulum dari KBK, KTSP dan sekarang SENTIFIC atau kurikulum 2013. Karna guru adalah tenaga profesionalisme.
Profesionalisme secara bahasa berarti melakukan pekerjaan sesuai dengan kriteria profesi. Profesionalisme guru adalah kompentensi untuk melakukan tugas mengajar secara efektif. Dalam melakukan tugasnya layaknya propesi seorang dokter tidak boleh membedakan siswa berdasarkan agama, suku bangsa, dan latar belakang ekonomi orangtua. Namun demikian membedakan berdasarkan minat dan bakat siswa merupakan keniscayaan bagi seorang guru untuk melakukan tugas mengajarnya. Membedakan berdasarkan minat dan bakat tidak dianggap sebagai tindakan diskrimantif.
Profesionalisme jabatan guru tidak bersifat statis, tetapi dinamis. Implikasi dari hal ini adalah guru perlu senantiasa meningkatkan kompetensinya. Untuk menjaga profesonalisme, setiap guru selalu mengembangkan kompetensinya. Kapanpun dan dimanapun kompetensi harus ditingkatkan.
Jika kita menyimak dari media massa, terutama media cetak banyak sekali kritik dilontarkan kepada guru. Dari sudut pandang positive thinking, lontaran kritik tersebut bukan bersifat pribadi dan bukan ungkapan rasa benci, tetapi sebaliknya justru karena penghargaan terhadap profesi guru. Anggota masyarakat justru merasa bahwa peran guru yang sangat startegis untuk menghantarkan generasi sekarang ke masa depan bangsa yang lebih cermerlang.
Organisasi profesi guru apapun namanya merupakan wadah untuk menyampaikan ede cemerlang demi kemajuan pendidikan. Bukan mengeksis pribadi atau kelompok karna organisasi guru bersipat unitaristik, independen, dan tidak berpolitik praktis. secara aktif menjaga, memelihara mempertahankan dan meningkatkan persatuan dan kesatuan yang dijiwai semangat kekeluargaan,kesetiakawanan social yang kokoh serta kesejahteraan lahir batin dan kesetiakawanan organisasi. Bukankah PGRI sebagai organisasi perjuangan mengemban amanat cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 menjamin, menjaga dan mempertahankan keutuhan Negara Republik Indonesia dengan membudayakan nilai nilai luhur, kekeluargaan, menghargai pendapat sesuai dengan undang-undang dasar 1945 dan nilai-nilai Pancasila. Semoga perjuangan guru hari ini dapat dinikmati oleh generasi masa depan
sumber : https://suaraguru.wordpress.com/2013/11/27/memaknai-peringatan-hari-guru/